Rabu, 25 Februari 2015

HABIB MUHAMMAD BIN HUSIN AL IDRUS ( HABIB NEON SURABAYA )




Habib “NEON” ???? , Saya penasaran kenapa Julukan seorang Ulama termasyhur disurabaya , seorang Ahli Bait min Zurriyati Rosulillah saw digelari dengan “Neon”. Setahu saya Neon itu bahasa Jadul ( jaman dulu) adalah lampu listrik berbentuk tabung yang berisi gas Neon, Apa dulu Ulama tersebut seorang pengusaha lampu listrik Neon?? , berangkat dari penasaran saya coba cari cari sumber Referensi Kenapa Habib Muhammad yang bermarga Al idrus diberi gelar dengan Habib Neon ???

Dan ternyata Ada cerita menarik yang perna saya dengar bahwa suatu hari di Masjid Surabaya di gelar Majlis ta’lim yang diadakan rutin setelah ba”da isya , puluhan orang memadati masjid untuk mengikuti dan mendengarkan tausiah dari seorang ulama , tiba tiba listrik padam serentak jamaah berhamburan keluar ruangan masjid karena gelap gulita, nampak dari kejauhan seseorang menghampiri menuju masjid dengan menggunakan Gamis khas Yaman dan dipundaknya terlilit sorban berwarna hijau dan tak lain beliau adalah Habib Muhammad bin Husein Al idrus , tiba tiba saat beliau memasuki masjid ruangan masjid yang semula gelap menjadi terang terlihat pancaran cahaya dari tubuh Habib Muhammad bin husein al idrus, semua jamaah dibuat terperanjat menyaksikan kejadian tersebut. Tubuh Habib Muhammad dapat memancarkan cahaya seperti Neon ( lampu listrik) . Sejak saat itu Habib Muhammad dikenal dan dijuluki sebagai Habib Neon karena tubuhnya dapat memancarkan cahaya.

Ulama Surabaya kelahiran Tarim Yaman tahun 1898 M , merupakan sosok ulama min auliyaillah yang menjadi panutan dan tempat Curhat para warga masyarakat baik di Surabaya maupun dari berbagai daerah di tanah air. Sejak kecil mendapat tempaan ilmu dari Ayahandanya Habib Husein bin Zainal Abidin Al idrus yang memang seorang ulama dan arif billah , Marga beliau Alidrus yang artinya ketua orang-orang tashauf dan kebanyakan Ulama yang bermarga Alidrus ahli tashauf sebut saja Shohibul Ratib Al imam Habib Abdulloh bin Abu bakar Al idrus dan Shohibul Luar batang Habib Husein bin bi bakar Al Idrus juga seorang Ahli Thasauf. Begitupula dengan Habib Muhammad bin Husein Al Idrus sosok ulama Surabaya yang Ahli Thasauf. Beliau gemar berpuasa karena menurutnya Sumber dari Nafsu adalah perut yang terlalu kenyang dan berlebihan , beliau melakukan Mujahadah berpuasa sepanjang tahun dan makan sahur serta berbuka puasa hanya dengan 7 butir korma itu semua beliau lakukan semata mata agar merasa dekat dengan Alloh dan mengikuti cara cara ibadah para ulama ulama salapus sholeh .

Habib Muhammad bin husein ali drus terkenal sebagai sosok ulama yang tawadhu’ dan sangat memuliakan tamu yang berkunjung kerumahnya dan selalu menghadiri setiap kali beliau diundang terutama oleh fakir miskin. Setiap tamu yang berkunjung dan bertemu Habib Muhammad bin husein al idrus merasa sangat senang akan keramahan beliau dan bahkan sepertinya Habib Muhammad sudah tahu lebih dahulu apa yang akan diungkapkan sang tamu ini merupakan Karunia Alloh yang telah diberikan kepada Ulama min awliyaillah Habib Muhammad bin Husein al Idrus . Beliau juga sangat memuliakan para ulama ulama bahkan beliau pernah pergi berbulan bulan sekedar untuk untuk silahturahim dengan para ulama mengambil Tabaruk seperti ke Palembang, pekalongan , Tuban dan lain lain. Prilaku marga al idrus yang mengalir dalam darahnya menjadikan beliau memiliki maqom yang tinggi ahli dalam Ma’rifatulloh. Beliau tidak banyak bicara yang keluar dari mulutnya hanya merupakan untian mutiara hikmah dan dzikir, tidak pernah berbicara tentang hal hal yang tidak berguna , terkenal sangat dermawan kepada siapa saja yang membutuhkan.
Sepanjang hidupnya beliau gunakan untuk berdakwah dan mensyiarkan agama alloh, tanggal 22 juni 1969 Habib Muhammad bin Husein Al idrus kembali kerahmatulloh dalam usia 71 tahun dan dimakamkam di TPU pegirikan Surabaya . Maqom beliau tak pernah sepi dari peziarah yang datang dari berbagai daerah di Nusantara terutama sekali ketika acara haul Beliau ribuan orang akan tumpah ruah kejalan. 

HABIB JA'FAR BIN SYAIKHON ASSEGAF PASURUAN JAWA TIMUR



Waktu ta’lim di Jawa Timur saya diajak salah seorang guru saya menghadiri Haul Al alamah KH. Hamid di Pasuruan , Kh. Hamid merupakan murid dari seorang ulama min awliyaillah yang bernama Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf dari Pasuruan Jawa Timur. Habib ja’far bin syaikhon assegaf terkenal sebagai ulama yang memilki karomah dan memilki penghetahuan yang sangat luas tentang Alquran. Jika beliau sedang membaca alquran maka semua yang mendengarkan akan terkesima dengan bacaannya dan seakan akan hurup hurup yang keluar dari bacaan habib Ja’far berbentuk. Lantunan suaranya yang merdu ketika membacakan alquran membuat yang mendengarkannya tersentuh hatinya. Ini yang dirasakan oleh beberapa Ulama ulama yang pernah sholat berjamaah dengannya. Maka tak heran bila salah seorang Gurunya Habib Muhammad bin Ahmad muhdor dari Bondowoso memberi gelar dengan “Alquran berjalan”
Nama lengkap beliau Habib Ja’far bin Syaikhan bin Ali bin Hasyim bin Syeikh bin Muhammad bin Hasyim Assegaf. Lahir di kota Ghurfah, Hadramaut pada tahun 1298 H. Sejak kecil hinga remaja beliau berguru kepada para ulama ulama masyhur di Hadro maut . Sebagaimana kebanyakan dari para ulama ulama salafus soleh di hadromaut pada waktu itu yang hijrah dan berdakwah keberbagai pelosok , Habib ja’far pun mengikuti pendahulunya untuk hijrah dan berdakwah keluar dari Hadro maut Yaman. Dan beliau menetap pertama kali di kota Surabaya hingga akhirnya beliau menetap di Pasuruan serta mendirikan Majlis ta’lim dan Dzikir yang hingga sekarang masih di teruskan oleh salah seorang cucu beliau bernama Habib Taufiq bin Abdul qodir Assegaf.

Habib Ja’far bin Syaikhon Assegaf terkenal memiliki Karomah yang tampak dan saya pernah dengar dari guru saya bahwa Tasbih besar beliau yang selalu dililitkan di pundaknya berputar dengan sendirinya seperti ada yang menggerakkan. Bahkan pernah suatu ketika ada seorang Tamu yang tidak percaya dengan Hakekat Wali dan dia datang berkunjung ke rumah Habib Ja’far Assegaf dan minta di sediakan buah Korma dan tamu tersebut berpikir mana mungkin di Pasuruan ada Korma, Ketika itu juga Habib Ja’far membuka jendela menjulurkan tangannya keluar jendela dan ternyata di tangan nya sudah ada beberapa buah korma yang masih segar seperti baru di petik dari pohonnya. Bukan main kagetnya Tamu tersebut menyaksikan kejadian luar biasa tersebut. Beliau juga sangat memuliakan setiap tamu yang datang berkunjung kerumahnya dan beliau sendiri yang menuangkan minuman kedalam gelas para tamu , hal ini dilakukan karena memuliakan tamu adalah sebagian dari pada keimanan

Habib Ja’far bin Syaikhon as-Seggaf merupakan seorang ulama besar dan waliyullah di kota Pasuruan yang bertarekat Alawiyah, seperti diketahui, tarekat ini dinamakan alawy –selain disandarkan pada pendirinya, Imam Alawi al-Muhajir,- adalah tarekat yang dikaitkan dengan kaum Alawiyyin atau lebih dikenal sebagai sadat yang berasal dari keturunan Nabi Muhammad SAW. Karena itu, pengikut Tarekat Alawiyyah kebanyakan adalah dari para Sayyid.

Sepanjang hidupnya Habib Jafar bin syaikhon assegaf di habiskan untuk berdakwah dan beribadah maka tak heran beliau sangat di cintai masyarakat kkhususnya Pasuruan yang mendapat berkah tersendiri oleh kehadiran Habib Ja’far assegaf , Hari senin Tanggal 07 Februari 1955 atau 14 Jumadil akhir 1374 Habib Ja’far bin syikhon Assegaf kembali ke Rahmatulloh dalam usia yang ke 76 tahun dan di makamkan di masjid jami’ Al anwar Pasuruan dan setiap tahun di bulan Jumadil akhir diadakan haul beliau yang dihadri oleh ribuan Muhibbin dari pelosok daerah.

Syekh Haji Abdul Muhyi

(1650-1730)
Abdul Muhyi, Syeikh Haji (Mataram, Lombok, 1071 H/1650 M-Pamijahan, Bantarkalong, Tasikmalaya, Jawa Barat 1151 H/1730 M). Ulama tarekat Syattariah, penyebar agama Islam di Jawa Barat bagian selatan. Karena dipandang sebagai wali, makmnya di Pamijahan di keramatkan orang.
Abdul Muhyi datang dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Sembah Lebe Warta Kusumah, adalah keturunan raja Galuh (Pajajaran). Abdul Muhyi dibesarkan di Ampel, Surabaya, Jawa Timur. Pendidikan agama Islam pertama kali diterimanya dari ayahnya sendiri dan kemudian dari para ulama yang berada di Ampel. Dalam usia 19 tahun, ia berangkat ke Kuala, Aceh, untuk melanjutkan pendidikannya dan berguru pada Syeikh Adur Rauf Singkel, seorang ulama sufi dan guru tarekat Syattariah. Syeikh Abdur Rauf Singkel adalah ulama Aceh yang berupaya mendamaikan ajaran martabat alam tujuh -yang dikenal di Aceh sebagai paham wahdatul wujud atau wujudiyyah (panteisme dalam Islam)-dengan paham sunah. Meskipun begitu Syeikh Abdur Rauf Singkel tetap menolak paham wujudiyyah yang menganggap adanya penyatuan antara Tuhan dan hamba. Ajaran inilah yang kemudian dibawa Syeikh Abdul Muhyi ke Jawa.
Masa studinya di Aceh dihabiskannya dalam tempo enam tahun (1090 H/1669 M-1096 H/1675 M). Setelah itu bersama teman-teman seperguruannya, ia dibawa oleh gurunya ke Baghdad dan kemudian ke Mekah untuk lebih memperdalam ilmu pengetahuan agama dan menunaikan ibadah haji. Setelah menunaikan ibadah haji, Syeikh Haji Abdul Muhyi kembali ke Ampel. Setelah menikah, ia meninggalkan Ampel dan mulai melakukan pengembaraan ke arah barat bersama isteri dan orang tuanya. Mereka kemudian tiba di Darma, termasuk daerah Kuningan, Jawa Barat. Atas permintaan masyarakat muslim setempat, ia menetap di sana selama tujuh tahun (1678-1685) untuk mendidik masyarakat dengan ajaran Islam. Setelah itu ia kembali mengembara dan sampai ke daerah Pameungpeuk, Garut, Jawa Barat. Ia mentap di Pameungpeuk slama 1 tahun (1685-1686) untuk menyebarkan agama Islam di kalangan penduduk yang ketika itu masih menganut agama Hindu. Pada tahun 1986 ayahnya meninggal dunia dan dimakamkan di kampung Dukuh, di tepi Kali Cikangan. Beberapa hari setelah pemakaman ayahnya, ia melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi. Ia bermukim beberapa waktu di sana atas permintaan masyarakat. Setelah itu ia ke Lebaksiuh, tidak jauh dari Batuwangi. Lagi-lagi atas permintaan masyarakat ia bermukim di sana selama 4 tahun (1686-1690). Pada masa empat tahun itu ia berjasa mengislamkan penduduk yang sebelumnya menganut agama Hindu. Menurut cerita rakyat, keberhasilannya dalam melakukan dakwah Islam terutama karena kekeramatannya yang mampu mengalahkan aliran hitam. Di sini Syeikh Haji Abdul Muhyi mendirikan masjid tempat ia memberikan pengajian untuk mendidik para kader yang dapat membantunya menyebarkan agama Islam lebih jauh ke bagian selatan Jawa Barat. Setelah empat tahun menetap di Lebaksiuh, ia lebih memilih bermukim di dalam gua yang sekarang dikenal sebagai Gua Safar Wadi di Pamijahan, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Menurut salah satu tradisi lisan, kehadirannya di Gua Safar Wadi itu adalah atas undangan bupati Sukapura yang meminta bantuannya untuk menumpas aji-aji hitam Batara Karang di Pamijahan. Di sana terdapat sebuah gua tempat pertapaan orang-orang yang menuntut aji-aji hitam itu. Syeikh Haji Abdul Muhyi memenangkan pertarungan melawan orang-orang tersebut hingga ia dapat menguasai gua itu. Ia menjadikan gua itu sebagai tempat pemukiman bagi keluarga dan pengikutnya, di samping tempat ia memberikan pengajian agama dan mendidik kader-kader dakhwah Islam. Gua tersebut sangat sesuai baginya dan para pengikutnya untuk melakukan semadi menurut ajaran tarekat Syattariah. Sekarang gua tersebut banyak diziarahi orang sebagai tempat mendapatkan “berkah”. Syeikh Haji Abdul Muhyi juga bertindak sebagai guru agama Islam bagi keluarga bupati Sukapura, bupati Wiradadaha IV, R. Subamanggala.
Setelah sekian lama bermukim dan mendidik para santrinya di dalam gua, ia dan para pengikutnya berangkat menyebarkan agama Islam di kampung Bojong (sekitar 6 km dari gua, sekarang lebih dikenal sebagai kampung Bengkok) sambil sesekali kembali ke Gua Safar Wadi. Sekitar 2 km dari Bojong ia mendirikan perkampungan baru yang disebut kampung Safar Wadi. Di kampung itu ia mendirikan masjid (sekarang menjadi kompleks Masjid Agung Pamijahan) sebagai tempat beribadah dan pusat pendidikan Islam. Di samping masjid ia mendirikan rumah tinggalnya. Sementara itu, para pengikutnya aktif menyebarkan agama Islam di daerah Jawa Barat bagian selatan. Melalui para pengikutnya, namanya terkenal ke berbagai penjuru jawa Barat.
Menurut tradisi lisan, Syeikh Maulana Mansur berulang kali datang ke Pamijahan untuk berdialog dengan Syeikh Haji Abdul Muhyi. Syeikh Maulana Mansur adalah putra Sultan Abdul Fattah Tirtayasa dari kesultanan Banten. Sultan Tirtayasa sendiri adalah keturunan Maulana Hasanuddin, sultan pertama kesultanan Banten yang juga putra dari Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Djati, salah seorang Wali Songo.
Berita tentang ketinggian ilmunya itu sampai juga ke telinga sultan Mataram. Sultan kemudian mengundang Syeikh Haji Abdul Muhyi untuk menjadi guru bagi putra-putrinya di istana Mataram. Sultan Mataram Paku Buwono II (1727-1749) ketika itu bahkan menjanjikan akan memberi piagam yang memerdekakan daerah Pamijahan dan menjadikannya daerah “perdikan”, daerah yang dibebaskan dari pembayaran pajak. Undangan sultan Mataram itu tidak pernah dilaksanakannya, karena pada tahun 1151 H (1730 M) Syeikh Haji Abdul Muhyi meninggal dunia karena sakit di Pamijahan. Berdasarkan keputusan sultan Mataram itulah, oleh pemerintah kolonial Belanda, melalui keputusan residen Priangan, Pamijahan sejak tahun 1899 dijadikan daerah “pasidkah”, daerah yang dikuasai secara turun temurun dan bebas memungut zakat, pajak, dan pungutan lain untuk keperluan daerah itu sendiri.
Makam Syeikh Haji Abdul Muhyi yang terdapat di Pamijahan diurus dan dikuasai oleh keturunannya. Makamnya itu ramai diziarai orang sampai sekarang karena dikeramatkan. Sampai saat ini desa Pamijahan dipimpin oleh seorang khalifah, jabatan yang diwariskan secara turun-temurun, yang juga merangkap sebagai juru kunci makam dan mendapat penghasilan sedekah dari para peziarah.
Karya tulis Syeikh Haji Abdul Muhyi yang asli tidak ditemukan lagi. Akan tetapi ajarannya disalin oleh murid-muridnya, di antaranya oleh putra sulungnya sendiri, Syeikh Haji Muhyiddin yang menjadi tokoh tarekat Syattariah sepeninggal ayahnya. Syeikh Haji Muhyiddin menikah dengan seorang putri Cirebon dan lama menetap di Cirebon. Ajaran Syeikh Haji Abdul Muhyi versi Syeikh Haji Muhyiddin ini ditulis dengan huruf pegon (Arab Jawi) dengan menggunakan bahasa Jawa (baru) pesisir. Naskah versi Syeikh Haji Muhyiddin itu berjudul Martabat Kang Pitutu (Martabat Alam Tujuh) dan sekarang terdapat di museum Belanda, dengan nomor katalog LOr. 7465, LOr. 7527, dan LOr. 7705.
Ajaran “martabat alam tujuh” ini berawal dari ajaran tasawuf wahdatul wujud (kesatuan wujud) yang dikembangkan oleh Ibnu Arabi. Tidak begitu jelas kapan ajaran ini pertama kali masuk ke Indonesia. Yang jelas, sebelum Syeikh Haji Abdul Muhyi, beberapa ulama sufi Indonesia sudah ada yang menulis ajaran ini, seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin as-Sumatrani (tokoh sufi, w. 1630), dan Abdur Rauf Singkel, dengan variasi masing-masing. Oleh karena itu sangat lemah untuk mengatakan bahwa karya Syeikh Haji Abdul Muhyi yang berjudul Martabat Kang Pitutu ini sebagai karya orsinilnya, tetapi besar kemungkinan berupa saduran dari karya yang sudah terdapat sebelumnya dengan penafsiran tertentu darinya.
Menurut ajaran “martabat alam tujuh”, seperti yang tertuang dalam Martabat kang Pitutu, wujud yang hakiki mempunyai tujuh martabat, yaitu (1) Ahadiyyah, hakikat sejati Allah Swt., (2) Wahdah, hakikat Muhammad Saw., (3) Wahidiyyah, hakikat Adam As., (4) alam arwah, hakikat nyawa, (5) alam misal, hakikat segala bentuk, (6) alam ajsam, hakikat tubuh, dan (7) alam insan, hakikat manusia. Kesemuanya bermuara pada yang satu, yaitu Ahadiyyah, Allah Swt. Dalam menjelaskan ketujuh martabat ini Syeikh Haji Abdul Muhyi pertama-tama menggarisbawahi perbedaan antara Tuhan dan hamba, agar -sesuai dengan ajaran Syeikh Abdur Rauf Singkel-orang tidak terjebak pada identiknya alam dengan Tuhan. Ia mengatakan bahwa wujud Tuhan itu qadim (azali dan abadi), sementara keadaan hamba adalah muhdas (baru). Dari tujuh martabat itu, yang qadim itu meliputi martabat Ahadiyyah, Wahdah, dan Wahidiyyah, semuanya merupakan martabat-martabat “keesaan” Allah Swt. yang tersembunyi dari pengetahuan manusia. Inilah yang disebut sebagai wujudullah. Empat martabat lainnya termasuk dalam apa yang disebut muhdas, yaitu martabat-martabat yang serba mungkin, yang baru terwujud setelah Allah Swt. memfirmankan “kun” (jadilah).
Selanjutnya melalui martabat tujuh itu Syeikh Haji Abdul Muhyi menjelaskan konsep insan kamil (manusia sempurna). Konsep ini merupakan tujuan pencapaian aktivitas sufi yang hanya bisa diraih dengan penyempurnaan martabat manusia agar sedekat-dekatnya “mirip” dengan Allah Swt.
Melalui usaha Syeikh Haji Muhyiddin, ajaran martabat tujuh yang dikembangkan Syeikh Abdul Muhyi tersebar luas di Jawa pada abad ke-18.*** (Suplemen Ensiklopedi Islam Jilid I, Jakarta: Ichtiar Baru van Hoeve, cet-9, 2003, hal. 5-8.)
Klik disini untuk mengenal ulama besar dan Ulama Mursyid lebih detil 

Foto dan gambar ulama besar kita

ADDA’I ILALLOH

HABIB MUNZIR ALMUSAWA( PIMPINAN MAJLIS ROSULULLOH)
HABIB MUNZIR AL MUSAWA
AL’ALAMAH AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ(PENGASUH PON-PES DARUL MUSTHOFA HADROMAUT YAMAN)
AL HABIB UMAR BIN HAFIDZ
Habib Umar bin Hafidz dan Habib Umar bin Hud Cipayung Bogor

HABIB UMAR BIN HAFIDZ dan Habib Muhammad alwi al maliki
AL HABIB ALWI AL MALIKI DAN HABIB UMAR BIN 
HAFIDZ
HABIB MUHAMMAD BIL FAQIH (PENGASUH PON-PES DARUL HADIST MALANG)
Habib Muhammad bin Al Musnid Habib 
Abdulloh Bil faqih
Habib Umar bin Abdurrahman Assegaf ( Pimpinan Majlis AlKifahi jakarta )
HABIB UMAR BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF
Habib Zindan bin novel ( Jakarta barat)

Al Musnid Syech Muhammad Al ya’qubi Al hasani (Damaskus)
syech-muhammad-al-yaqubi-al-hasani.jpg
HABIB RIZIQ AS SYEHAB(KETUA FRONT PEMBELA ISLAM)
HABIB RIZIQ (KETUA FPI)

HABIB HASAN BIN JAFAR ASSEGAP(PIMPINAN NURUL MUSTHOFA)
HABIB HASAN BIN JAFAR ASEGAF
HABIB SALIM ASSYATIRI (YAMAN)
HABIB SALIM ASSYATIRI
HABIB ALI BIN ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF
ABIB ALI BIN ABDURRAHMAN 
ASSEGAF DAN HABIB HASAN BIN JA’FAR ASSEGAF
HABIB ALI AL JUFRI
habib 
ali aljufri
HABIB HAMID AL KAFF ( jakarta)
HABIB
 HAMID AL KAFF
HABIB SYECK ALI AL JUFRI (CONDET JAKARTA)
HABIB SYECK ALI AL JUFRI
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus ( malang jawa timur)
Habib Soleh bin Ahmad bin Salim Alaydrus,
HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS(PIMPINAN MAJLIS SYAMSI SYUMUS)
HABIB MUSTAFA BIN ABDULLOH ALAYDRUS
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ASSEGAF ( GRESIK JAWA TIMUR)
hb-husein-b-abdullah.jpg
HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF ( JAKARTA)
HABIB AHMAD BIN ALI ASSEGAF
Habib Umar bin Abdulloh al athos ( rawabelong Jakarta )

Habib Abdurrahman bin Muhammad Al habsy (kwitang jakarta)

Habib Abdurrahman bin Abdulloh bil faqih ( Darul hadist malang jawa timur)

SYECH HISYAM AL KA’BANI

SYECH YUSUF AL HASANI

SYECH NAZIM ADIL AL HAQQANI

Syech Muhammad ali Ashobuni

Syech Muhammad Ali Assanusi

Habib Syaikhon bin musthofa al bahar
syaichan-albahar
habib-syaikhon
habib syiikhon
Ditandai:


ULAMA INDONESIA

27 Agustus 2007 · 39 Tanggapan

KH.HASYIM ASY’ARI (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.HASYIM
 ASYARI
KH.IDRIS KAMALI (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.IDRIS 
KAMALI
kh.bisri syansuri dan Kh Abdul wahab chasbulloh(jawa timur)
kh.bisri syansuri
Kh.Adlan aly ( Jombang Jawa timur)

kh.Ali maksum
kh.Ali 
Maksum
KH.MUHAMMAD THOWIL ( PON-PES ASSALAMIYAH BANTEN)
KH 
MUHAMAD TOWIL

KH.ISHOMUDDIN HADZIK(PON-PES TEBUIRENG)
KH.ISHOMUDDIN HADZIK (GUS ISHOM)
KH.ABDULLAH SYAFEI(JAKARTA)
KH.ABDULLOH SYAFEI
KH.CHOLIL BISRI (REMBANG JAWA TENGAH)
KH.CHOLIL 
BISRI
KH.MAMOEN ZUBAIR (TENGAH)
KH.MAMOEN ZUBAIR (TENGAH)
KH.FUAD HASYIM
KH.FUAD 
HASYIM
TRIO KYAI BUNTET CIREBON
TRIO KYAI BUNTET CIREBON
KH.Munasir

KH.USMAN ABIDIN (JAKARTA)
KH.USMAN 
ABIDIN
HABIB LUTHFI BIN YAHYA (KETUA THAREKAT NAQSABANDIYYAH) DAN KH.USMAN ABIDIN
HABIB LUTHFI BIN YAHYA DAN KH.USMAN ABIDIN
SYECH MUHAMMAD ABDUL MALIK BIN ILYAS ( KEBUMEN JATENG)
SYECH MUHAMMAD ABDUL MALIK
KH.ABDUL HAMID (PASURUAN)
KH.ABDUL 
HAMID
KH. ASNAWI (CARINGIN BANTEN)
KH.ASNAWI (CARINGIN BANTEN)
KH.SAID BIN KH ARMIA (TEGAL)
KH.SAID BIN KH ARMIA (TEGAL JAWA TENGAH)
KH.AHMAD SIDDIQ
KH.AHMAD 
SIDIQ
Syech Yusuf Al makassary ( makasar sulawesi)
syeck Yusuf Al makassary
Syech Nawawi Al Bantani( tanara banten)
SYECK NAWAWI AL BANTANI (GURU KYIAI INDONESIA)

KH.NOER ALI ( UJUNG HARAPAN BEKASI)
KH.NOER ALI (BEKASI)
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN (KEDIRI JAWA TIMUR)
KH.ACHMAD DJAZULI USMAN
KH.HAMIM DJAZULI ( GUS MIEK KEDIRI)
KH.HAMIM DJAZULI (GUS MIEK)
KH.MAKSUM DJAUHARI (LIRBOYO JAWA TIMUR)
KH.MA’SUM JAUHARI
KH.SYAFI’I HADZAMI ( JAKARTA)
KH.SYAFI’I HADZAMI
KH.SYAFI’I HADZAMI ( KANAN)
KH.ILYAS RUCHIYAT ( JAWA BARAT)
KH.ILYAS RUCHIYAT
KH.YUSUF HASYIM (TEBUIRENG JOMBANG)
KH.YUSUF 
HASYIM
KH.ABDUL ROSYID SYAFI’I ( PIMPINAN ASSYAFI’IYAH JAKARTA)
KH.ABDUL ROSYID SYAFI’I
KH.MUSLIM RIFA’I IMAMPURO( PON-PES ALMUTTAQIEN KLATEN)
KH.MUSLIM RIFA’I IMAMPURO (MBAH LIM KYAI 
NYENTRIK)
KH.SONHAJI ( KEBUMEN JAWA TENGAH)
KH.SONHAJI KEBUMEN
KH.ABDULLAH FAQIH (KIRI) { TUBAN JAWA TIMUR}
KH.ABDULLAH FAQIH (SEBELAH KIRI)
KH.HASYIM MUZADI DAN DR YUSUF QORDOWI
KH.HASYIM MUZADI DAN DR YUSUF QORDOWI
KH.DIMYATI ROIS (KENDAL JAWA TENGAH)
KH.DIMYATI ROIS KENDAL JAWA TENGAH
KH.PROF.ANWAR MUSADDAD ( GARUT JAWA BARAT)
KH.PROF.ANWAR MUSADDAD
KH.YAHYA (BANDUNG)
KH.YAHYA (BUYA YAHYA)
TUAN GURU HAJI TURMUDJI BADRUDIN (LOMBOK NTB)
TUAN GURU HAJI TURMUDJI BADRUDDIN
KH.MUKHTAR SYAFAAT (BANYUWANGI)
KH.MUKHTAR SYAFA’AT
Syeck arsyad al banjari


ULAMA ULAMA NU

Syech Yasin Al Padani dan para Ulama

Syech Yasin Al Padani ( padang )

Kh.Mubarok bin Nuh ( Suryalayah Jawa barat)


KH .ABDULLOH BIN NUH ( BOGOR)

KH. M ARAWANI ( JAWA TENGAH)

SYECK SULAIMAN ARRASULI ( MINANGKABAU)

SYECH AHMAD KHATIB SAMBAS (KALIMANTAN)

Kh Muhammad Zainuddin Abdul Majid ( Lombok

KH.RADEN MUHAMMAD AMIN ( KALI BATA JAKARTA)
KH RADEN MUHAMMAD AMIN (GURU AMIN KALI BATA)





















KH.BUSTHOMI ( BANTEN)
kh-busthomi-banten
KH. SANJA ( ULAMA AHLI NAHWU SHOROF BANTEN)
kh-sanja-banten

KH.MAMA OBAY ( KARAWANG JAWA BARAT)
kh-mama-obay-karawang

KH.ARSYUDIN ( TENJO BOGOR)
kh-arsyudin-tenjo-bogor

SYECH TUBAGUS AHMAD BAKRI ( PURWAKARTA )
syech-tubagus-ahmad-bakri-purwakarta







KH.MUHAMMAD DIMYATI ( CIDAHU BANTEN)
abah-dimyati

kh-dimyati-cidahu-pandeglang

KH.HAMIM DZAJULI/GUS MIK ( KEDIRI JAWA TIMUR)
GUS MIK











Kh.Muhiddin ( cirebon)
kh.muhiddin kuningan cirebon



HABIB ALI BUNGUR JAKARTA DAN PARA HABAIB
PARA HABAIB DAN HABIB ALI BUNGUR JAKARTA
ALHAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR BIL FAQIH( MALANG )
AL HAFIDZ ALHABIB ABDULLOH BIN ABDUL QODIR 
BIL FAQIH
HABIB ABDURRAHMAN BIN AHMAD ASSEGAF(JAKARTA)
AL WALID ALHABIB ABDUROHMAN ASSEGAF
HABIB ABDURRAHMAN ASSEGAF DAN HABIB ABDULLOH BILFAQIH
HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
ALHABR HABIB ABDUL QODIR BIL FAQIH(TENGAH)
BELIAU ADA DITENGAH, SEBELAH
 KIRI ANAK BELIAU HABIB ABDULLOH BIL FAQIH
HABIB MUHAMMAD BIN HUSEIN BA’BUD (MALANG)
HABIB MUHAMMAD BIN HUSEIN BA’BUD
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH ALATHOS (EMPANG BOGOR KIRI)
HABIB HUSEIN BIN ABDULLOH BIN MUHSIN AL 
ATHOS( KIRI)
ALLAMAH HABIB ALWI ALMALIKI (MEKKAH)
AL’ALAMAH HABIB ALWI AL MALIKI
HABIB JA’FAR ASSEGAF (JAWA TIMUR)
HABIB JA’FAR ASSEGAF
HABIB MUHAMMAD BIN SALIM
Habib Muhammad bin 
Salim bin Hafidz bin Abdullah bin Abu Bakar bin ‘Aydrus
Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Saqqaf
Habib Abdul Qadir bin Ahmad as-Saqqaf
HABBIB ABDUL QODIR ASSEGAF
ALHABIB ABDUL QODIR ASSEGAF
HABIB ALWI BIN THOHIR AL HADAD (MALAYSIA)
HABIBALWI BIN THOHIR AL HADAD
HABIB SALIM BIN ZINDAN( JAKARTA)
HABIB SALIM BIN ZINDAN
HABIB AH MAD BIN ABDULLOH AL ATHOS ( BENDUNGAN HILIR)
HABIB AHMAD BIN ABDULLOH AL ATHOS
HABIB SYECH ALWI ALMALIKI

HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI (SHOHIB GHURFAH)
HABIB ALI BIN MUHAMMAD AL HABSYI
HABIB SALIM BIN HAFIDZ
HABIB SALIM BIN HAFIDZ
HABIB ALI AL HABSYI (KWITANG)
HABIB ALI AL HABSYI (KWITANG )
HABIB ALI AL HABSYI KWITANG & HABIB ALI BUNGUR
habib ali alhabsy kwitang dan habib ali bungur
HABIB ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSYEGAF
HABIB ABDUL QODIR BIN HUSEIN ASSEGAF
HABIB ABDULLOH BIN ALWI AL ATHOS
HABIB ABDULLOH BIN ALWI AL ATHOS
HABIB ABU BAKAR BIN AIDRUS AL IDRUS
HABIB ABU BAKAR BIN AIDRUS AL IDRUS


HABIB ALWI BIN MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHOR
HABIB ALWI BIN MUHAMMAD BIN AHMAD AL MUHDHOR
HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS( CIPAYUNG BOGOR)
HABIB UMAR BIN HUD AL ATHOS
HABIB ABDULLOH SYAMI AL ATHOS JAKARTA (kanan) DAN HABIB MUHAMMAD BIN ALI AL HABSY KWITANG JAKRTA ( KIRI)
HABIB ABDULLOH SYAMI AL ATHOS (
HABIB ZEIN BIN SMITH
HABIB ZEIN BIN SMITH
HABIB MUHAMMAD AL MUHDHOR
HABIB MUHAMMAD AL MUHDHOR
HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD(HABIB KUNCUNG JAKARTA)
HABIB AHMAD BIN ALWI AL HADAD
HABIB USMAN BIN YAHYA ( JAKARTA)

Habib Sholeh bin Muhsin al Hamid ( tannggul jawa timur










HABIB AHMAD BIN HAMID AL KAFF ( PALEMBANG)
Habib Ahmad Masyhur bin Toha Al hadad


Habib Ja’far bin Ahmad alidrus

HABIB ALWI BIN MUHAMMAD AL HADAD (BOGOR)

HABIB HUSEN BIN HADI AL HAMID ( JAWA TIMUR)

TRIO HABIB BETAWI (HABIB ALI BUNGUR, HABIB ALI ALHABSYI KWITANG& HABIB SALIM ZINDAN

Habib Alwi bin Ali Al habsyi ( Solo)

Habib husein bin hadi , habib sholeh tanggul dan habib Umar bin Hud

habib-hafiz-bin-abdullah










HABIB HAFIDH BIN ABDULLOH BIN SYECK ABI BAKAR SALIM
HABIB SALIM BIN HAFIDH
habib-salim-bin-hafiz